Peraih Medali Emas di Empat PON Itu Ternyata Tukang Sapu
DL/12102021/jAYAPURA
----- Kesal dan bahagia, dua perasaan yang sangat
berbeda, namun sering keduanya beriringan dalam sebuah momen tertentu.
Ini juga yang dirasakan Meiyusi Ade Putra, pesenam senior
Artistik putra Lampung saat mendapatkan medali emas di nomor Palang Sejajar
(Parallel Bars) di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, 4 Oktober 2021.
Bermain di Istora Papua bangkit, Ade memang sempat kesal
sendiri dan membuat kesal kontingen Lampung saat tampil di nomor Kuda-kuda
Pelana (Pomel). Lantarannya adalah Ade berhenti dipenghujung penampilannya yang
sebenarnya tinggal satu dua gerakan dan finish, namun kakinya nyangkut dan
berhenti.
“Saat itu saya shock sebenernya. Karena saya tahu persis
mereka lawan-lawan tampil tidak maksimal dan menyangkut juga. Namun saya lebih
parah karena saya harus turun. Saya sendiri tidak mengerti kondisi ini berjalan
cukup cepat dan tangan saya lepas.” Kata Ade menyesalinya.
Untuk nomor andalannya ini, bahkan dia tidak meraih
medali apapun, yang biasanya meraih medali emas.”Tinggal beberapa detik dan
saya finish, karena tampil aman. Tapi yaah, apa boleh buat. Karena semua kan
juga ada campur tangan Allah dalam semua penampilan kita,” ujar Ade.
Namun kesalahan itu benar-benar tidak lagi menjadi beban
lagi ketika Ade mampu meraih medali emas di nomor Parallel Bars. “Nah di sini
semuanya mejadi sirna. Rasa salah dan sesal sudah terbayar. Alhamdulillah.”
Ujarnya.
Namun semua itu tidak jalan begitu saja, karena ada
beberapa faktor yang membuat Ade mampu mengendalikan perasaan bersalah dan
kegagalannya itu. Salah satunya adalah motivasi yang diberikan oleh Ketua Umum
KONI Lampung, Yusuf Barusman.
“Saya merasa sangat bersalah saat gagal di Pomel. Namun
sampai di luar gedung saya ditemui pak Yusuf, ketum KONI Lampung. Saya ditepuk
pundak dan dengan kalimat yang adem dikatakan kepada saya, bahwa semua itu
sudah keputusan Allah, dan kita tidak bisa menyesali berpekanjangan. Kamu masih
ada kesempatan satu nomor untuk meraih emas, kata pak Yusuf. Dari situ semangat
saya kembali dan menghilangkan sesak dan penyesalan di hati saya,” kata pesenam
yang tiga PON sebelumnya juga meraih medali emas itu.
Ade secara prestasi di empat PON terakhir selalu
mempersembahkan medali emas dan perak, di dia nomor yang dia jadikan andalan
itu.
Untuk rencana ke depan di PON selanjutnya, Ade mengaku
masih melihat sesuatu, saat ini masih belum ada rencana apapun. “Saya mau
istirahat dulu dan makan nasi, karena selama ini saya harus berani menahan
untuk tidak makan nasi demi penampilan di PON. Karena kan sudah empat PON saya
meraih medali emas, ya tetap gini aja,” katanya.
Namun Ade merasa tidak perlu banyak menuntut apapun, ”Ya
sudahlah saya memang salah sejak awal. Tidak ada yang bisa saya ungkapkan lagi
di sini, apalagi kalau Om tanyakan soal
pekerjaan. Terima ajalah apa adanya, mungkin ini sudah nasib saya,” ungkapnya
dengan wajah datar.
Yang menonjol di publik dari Ade justru bukan
prestasinya, namun menghadapi kehidupannya di luar sebagai seorang atlet.
Sedih. Maka kadang ada kompensasi sikap yang kemudian keluar begitu saja.
“Tergantung Bunda lah. Saya di suruh terus ya terus,
disuruh berhenti yang sudah gak papa,” kata pegawai honor 12 tahun di Dinas
Kebersihan Provinsi Lampung itu.
Ade memang selalu menolak jika diajak bicara soal
pekerjaan, yang pada realitanya dia adalah pekerja tenaga harian lepas (PTHL)
di sebuah Dinas di Provinsi Lampung sebagai tukang sapu.
Karena memang dulu Ade pernah ditegur keras karena
menceritakan dimana dia bekerja dan sebagai apa. Maka sampai sekarang dia
selalu menolak jika membicarakan pekerjaannya itu. (tim)
Comments